Sabtu, 21 Juni 2014

Malnutrisi

1. Definisi Malnutrisi

Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada masa anak. Malnutrisi dapat diakibatkan dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat diakibatkan dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup, kebiasan diet jelek, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan malnutrisi. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres dan sakit serta selama pemberian antibiotik atau obat-obat katabolik atau anabolik. malnutrisi dapat akut atau kronik, reversibel atau tidak.
Gangguan nutrisi yang paling akut adalah gangguan yang melibatkan air dan elektrolit, terutama ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen. Malnutrisi kronik biasanya melibatkan defisit lebih daripada satu nutrien.

2. Jenis-Jenis Malnutrisi

MARASMUS


Marasmus merupakan malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau higiene jelek. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.


  • Etiologi. Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu, atau karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital, selain itu penyebab marasmus lainnya adalah pemberian makanan tambahan yang tidak terpelihara kebersihannya, susu buatan yang terlalu encer dan jumlahnya sedikit sehingga kandungan protein dan kalori sangat rendah, ketidaktepatan waktu pemberian ASI. Selain itu faktor kemiskinan dan lingkungan yang kurang sehat dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang menyebabkan anak kehilangan cairan dan juga faktor sosial yang beranggapan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu.
  • Gejala Klinis. Tanda-tanda seorang anak dikatakan marasmus apabila sang anak tampak sangat kurus, karena kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan loggar karena lemak subkutan hilang. Karena lemak terakhir hilang dari bantalan pengisap pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput seperti wajah orang tua. Gejala lainnya yaitu anak menjadi rewel, perut cekung dan iga gambang, tekanan darah, detak jantung dan pernapasan berkurang, terjadi atrofi otot, dengan akibat hipotoni. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus, dan sedikit.

MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (KWASHIORKOR)




Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut.



  • Etiologi. Malnutrisi protein disebabkan karena masukan kalori tidak cukup bernilai biologis baik, artinya diet tersebut mengandung cukup energi, tetapi kurang protein. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati kronik.
  • Gejala Klinis. Gejala atau tanda-tanda yang ditimbulkan dari kwashiorkor yaitu terjadinya pitting edema yaitu jika ditekan sulit kembali seperti semula yang terjadi di seluruh tubuh terutama kaki, tangan/anggota badan lain, wajah membulat dan sembab seperti moon face, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut, terjadi perubahan status mental seperti cengeng dan rewel, otot mengecil, terjadi kelainan kulit beruba bercak merah (dermatitis), diare, anemia, terdapat pembesaran hati (hepatomegali).

3. Dampak Malnutrisi
  • Hipotermi (mudah kedinginan)
  • Mudah terinfeksi karena sistem imun yang menurun
  • Hipoglikemi yaitu kadar gula darah menjadi rendah
  • Stunting (postur tubuh kecil dan pendek)
  • Apatis, penurunan skor tes IQ

4. Pemeriksaan Malnutrisi

Anamnesis
  • Diet yang lazim sebelum sakit
  • Riwayat pemberian ASI
  • Pangan dan cairan yang disantap beberapa hari sebelum sakit
  • Riwayat pencekungan mata
  • Lama dan frekuensi muntah/diare, tampilan muntahan dan tinja cair
  • Saat terakhir berkemih
  • Riwayat kematian saudara kandung
  • Berat badan lahir, riwayat perkembangan fisik
  • Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
  • Berat dan panjang/tinggi badan
  • Edema
  • Pembesaran dan nyeri hati, jaundice
  • Ketegangan perut dan suara usus
  • Tanda kolaps sirkulasi, tangan/kaki dingin, denyut nadi radial lemah dan kesadaran menurun
  • Suhu tubuh mengalami hipotermi
  • Di mata terdapat lesi kornea
  • THT untuk mengetahui tanda infeksi
  • Kulit untuk melihat infeksi/purpura
  • Frekuensi dan jenis pernapasan untuk mengetahui tanda pneumoni atau gagal jantung
  • Tampilan tinja

5. Penatalaksanaan Malnutrisi
  • Mencegah dan mengatasi hipoglikemia dan menambahkan antibiotika spektrum luas untuk mengobati infeksi
  • Mencegah hipotermia
  • Mengatasi dan mencegah dehidrasi dengan pemberian cairan infus yaitu larutan garam khusus Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition)
  • Mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit
  • Mengoreksi defisiensi nutrien mikro
  • Menyarankan pasien untuk mengonsumsi susu rendah laktosa, tetapi tinggi protein, seperti susu kedelai yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan protein
  • Untuk malnutrisi energi protein berat maka harus dirawat di rumah sakit

    DAFTAR PUSTAKA
  • Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed 2. Jakarta: EGC, 2010
  • Behrman, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15. Vol 1. Jakarta: EGC, 2000

0 komentar:

Posting Komentar