Sabtu, 21 Juni 2014

Hiperurisemia Pada Pra Diabetes

1. Asam Urat

Asam urat (AU) merupakan produk akhir dari katabolisme adenin dan guanin yang berasal dari pemecahan 
nukleotida purin. Urat dihasilkan oleh sel yang mengandung xanthine oxidase, terutama hepar dan usus kecil. 
Hiperurisemia adalah keadaan kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dL.Pra diabetes adalah subjek yang mempunyai kadar glukosa plasma meningkat akan tetapi peningkatannya masih belum mencapai nilai minimal untuk kriteria diagnosis diabetes melitus (DM). Glukosa darah puasa terganggu merupakan keadaan dimana peningkatan kadar FPG≥100 mg/dL dan <126 mg/dL. Toleransi glukosa terganggu merupakan peningkatan glukosa plasma 2 jam setelah pembebanan 75 gram glukosa oral (≥140 mg/dL dan <200mg/dL) dengan FPG <126 mg/dL.Insulin juga berperan dalam meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal ginjal. Sehingga pada keadaan hiperinsulinemia pada pra diabetes terjadi peningkatan reabsorpsi yang akan menyebabkan hiperurisemia. Transporter urat yang berada di membran apikal tubuli renal dikenal sebagai URAT-1 berperan dalam reabsorbsi urat.

2. Hiperurisemia
Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar AU serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan gejala klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi atau 
sering merupakan kombinasi keduanya. Hiperurisemia akibat peningkatan produksi hanya sebagian kecil dari pasien dengan hiperurisemia itupun biasanya disebabkan oleh diet tinggi purin (eksogen) ataupun proses endogen (pemecahan asam nukleat yang berlebihan).

Pra Diabetes 

1. Definisi 
American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan pra diabetes sebagai keadaan dimana subjek dengan toleransi glukosa terganggu (TGT) dan atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Kepustakaan lain menyebutkan pra diabetes merupakan keadaan dimana subjek mempunyai kadar glukosa plasma meningkat tetapi peningkatannya masih belum mencapai nilai minimum untuk kriteria diabetes melitus. Glukosa darah puasa terganggu merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan kadar glukosa plasma puasa/ fasting plasma glucose (FPG). Toleransi glukosa terganggu merupakan keadaan dengan glukosa plasma 2 jam setelah pembebanan 75 Gram glukosa oral ≥140 mg/dL dan <200mg/dL dengan kadar FPG <126 mg/dL.

2. Etiologi dan Faktor Risiko 
Predisposisi genetik berperan besar terhadap kemungkinan seseorang menderita diabetes atau tidak di kemudian hari. Resistensi insulin dan peningkatan kerusakan sel beta pankreas mengakibatkan peningkatan kadar glukosa plasma walaupun dalam rentang non diabetes yang juga meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan kardiovaskular. Resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin memegang peran penting terhadap risiko kardiovaskular pada penderita pra diabetes. Skrining populasi untuk pra diabetes 
diperlukan bila mempunyai faktor risiko antara lain. 
1. Usia lebih dari 45 tahun 
2. Overweight (BMI ≥25 kg/m2) 
3. Riwayat keluarga menderita DM 
4. Kebiasaan kurang gerak 
5. Riwayat pernah mengalami GDPT dan atau TGT 
6. Riwayat melahirkan bayi >4 kg 
7. Hipertensi 
8. Kolesterol HDL ≤35 mg/dL dan atau kadar trigliserida ≥250 mg/dL 

Penelitian Da Qing di komunitas Cina dengan TGT melaporkan insidensi menjadi diabetes melitus menurun 30-40 % dengan intervensi olah raga dan diet selama 6 tahun masa pemantauan. The Diabetes Prevention Program USA melaporkan diet intensif dan olah raga menurunkan insidensi diabetes sebanyak 58% diantara 1.079 subjek dengan TGT yg dipantau selama 2,8 tahun dibandingkan dengan kontrol yang tidak diintervensi. Penelitian di India melaporkan penurunan 28% insidensi diabetes melitus pada 133 subjek yang dipantau selama 30 bulan dengan intervensi olahraga dibandingkan dengan kontrol tanpa intervensi.

3. Hiperurisemia pada Pra Diabetes 
Hiperurisemia merupakan salah satu kelainan metabolik yang berhubungan dengan hiperinsulinemia yang terjadi pada pra diabetes. Penelitian Meera dkk, tahun 2011 melaporkan hubungan hiperurisemia dengan TGT diperantarai oleh mekanisme hiperinsulinemia dan resistensi insulin. Resistensi insulin, hipoksia dan kematian sel dapat mengiduksi perubahan xanthine dengan bantuan air dan oksigen akan berubah menjadi asam urat yang menghasilkan peroksida. Peroksida merupakan oksigen radikal bebas yang akan memengaruhi keseimbangan nitric oxide (NO) yang berperan menjaga keseimbangan tonus vaskular. Beberapa penelitian melaporkan hiperurisemia berhubungan dengan stress oksidatif yang terjadi pada sindrom metabolik. Insulin juga berperan dalam meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal ginjal. Sehingga pada keadaan hiperinsulinemia pada pra diabetes terjadi peningkatan reabsorpsi yang akan menyebabkan hiperurisemia. Transporter urat yang berada di membran apikal tubuli renal dikenal sebagai URAT1 berperan dalam reabsorpsi urat. Glucose transporter-9 (GLUT-9) diduga kerjanya dipengaruhi oleh insulin yang berperan dalam transpor asam urat di membran apikal proksimal tubuli ginjal.

7. Diagnosis 
Abnormalitas metabolime glukosa hanya dapat diketahui setelah pemeriksaan kadar glukosa plasma puasa dan setelah pembebanan 75 Gram glukosa oral. Selama masa asiptomatik ini abnormalitas metabolisme glukosa dapat diketahui setelah puasa semalam selama 8-12 jam untuk memeriksa kadar glukosa plasma puasa dan 2 jam setelah TTGO. Tes toleransi glukosa terganggu merupakan cara yang paling akurat membedakan seseorang berada pada tahap pra diabetes atau sudah terdiagnosis diabetes. Glukosa darah puasa terganggu merupakan keadaan dimana terhadi peningkatan kadar FPG≥100 mg/d L dan <126 mg/dL. Toleransi glukosa terganggu merupakan peningkatan glukosa plasma 2 jam setelah pembebanan 75 gram 
glukosa oral (≥140 mg/dL dan <200mg/dL) dengan FPG <126 mg/dL.

 Daftar Pustaka

1. Spieker EL, Ruschitzka TF, Lűscher FT dan Noll G,‘The management of Hyperuricemia and Gout in Patient with Heart Failure’, The European Journal of Heart Failure, 2002(2), p 403 – 410. 
2. Zhao Y, Yang X, Lu W, Liao H dan Liao F, ‘Uricase Based Methods for in Determination of Uric Acid in Serum’, 2009 Microcim Acta,164:1-6. 
3. Sanusi H, ‘Pra Diabetes dan Risiko Kardiovaskular’, di Naskah Lengkap The 4th National Obesity Symposium and 2ndNational on Symposium Metabolic Syndrome, Editor: Adam MF, Sanusi H, Sambo AP, Aman AM, 2005 Ditampilkan 25 Juni 2005

0 komentar:

Posting Komentar