Peranan suplemen antioksidan masih tetap kontroversial sampai saat ini. Boleh dikatakan, belum ada rilis hasil penelitian tentang manfaat antioksidan bagi pen-derita penyakit jantung koroner dalam jurnal-jurnal terbaru beberapa tahun belakangan ini - sebagai hasil penelitian klinis mutakhir yang bisa dianggap konklusif. Manfaat antioksidan masih tetap kontroversial dan memerlukan penelitian lebih lanjut dengan disain penelitian yang lebih scrutinized dan analisis yang lebih kritis.Tidak ada isu lain di bidang terapi kardiovaskuler yang lebih kontroversial saat ini, melainkan isu ten-tang peranan antioksidan itu. Seorang pejabat FDA menyebutkan bahwa efektivitas antioksidan dalam pengobatan penyakit jantung memang masih tetapbelum konklusif, walau pun sudah banyak penelitian yang dilakukan. Sebagian penelitian itu memang sudah menunjukkan hasil yang positif, tapi sebagian lagi masih tetap menjadi bahan perdebatan yang panjang. Maka pertanyaan, “perlukah suplemen antioksidan diberikan secara rutin pada pasien dengan kelainan koroner karena manfaatnya dan keamanannya?”,belum bisa dijawab dengan pasti dan masih tetap Walau pun berbagai penelitian epidemiologismenunjukkan bahwa suplemen antioksidan mempunyai hubungan yang signifikan dengan rendahnyakejadian koroner, tetapi penelitian double-blindrandomized placebo controlled clinical trial tidak mendukung hipotesis itu secara signifikan. Para reviewer mengakui bahwa memang tidak mudah melakukan penelitian tentang suplemen antioksidan yang bersifatjangka panjang, karena begitu banyak variabel yang dikandungnya, sehingga tentu saja sangat sulit untuk mengendalikannya. Dengan hati-hati mereka akhirnya selalu menyimpulkan, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut!
Sebagian besar penelitian klinis menunjukkan bahwa pemberian suplemen antioksidan tidak menurunkan angka kejadian koroner yang signifikan.CARET Study1 atau pun ATBC Study2 misalnya, justru menunjukkan angka mortalitas kardiovaskuler yang lebih tinggi pada kelompok beta-karoten dibandingkan dengan plasebo. Tetapi pada umumnya semua penelitian itu sepakat bahwa pemberian suplemen antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, atau beta-karoten dalam jangka panjang memang cukup aman dan tidak menimbulkan efek samping. Hanya penelitian ATBC Cancer Prevention Study3 melaporkan adanya peningkatan insiden kanker paru pada pasien perokok berusia 50-69 tahun yang mendapatkan suplemen vitamin E dan beta karoten dibandingkan plasebo. Walau pun demikian, beberapa analis mengingatkan kemungkinan bias yang signifikan karena faktor usia tua, faktor rokok, dan sulitnya mendeteksi ada-tidaknya benih kanker awal sebelum penelitian dimulai. Devaraj dkk4 melaporkan bahwa pemberian suplemen vitamin E dapat menurunkan stres oksidatif secara signifikan dan aman diberikan dalam jangka panjang, tetapi ternyata tidak meregresi aterosklerosis karotis. Flores-Mateo dkk5 menyimpulkan adanya asosiasi terbalik (inverse association) secara signifikan antara kadar antioksidan dengan insiden kardiovaskuler dari meta-analisis yang mereka lakukan. Kang dkk melaporkan bahwa suplemen antioksidan tidak dapat menghambat kemunduran kognitif pada kelompok perempuan yang sudah mengidap kelainan kardiovaskuler, tetapi secara signifikan dapat menghambatnya pada kelompok pasien yang sebelumnya normal tidak mengidap kelainan kardiovaskuler.
Ditinjau dari aspek biologi molekuler, proses aterosklerosis koroner diawali oleh fenomena stresoksidatif yang berkepanjangan di dalam sel. Stres oksidatif disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara radikal bebas oksigen sebagai produk antara dalam metabolisme normal sel yang bersifat prooksidatif dengan enzim dan kofaktor yang bersifat anti-oksidatif. Sistem antioksidan tubuh berfungsi melindungi sel-sel jaringan dari efek negatif radikal bebas oksigen itu. Antioksidan bertindak mencegah pembentukan radikal bebas oksigen, atau menangkap radikal bebas oksigen yang sudah ada, menetralisirnya dan mencegah terjadinya reaksi berantai yang bisa merusak membran sel atau pun membran nukleus.Yang menarik, dalam proses reaksi biokimiawi itu, kofaktor vitamin yang semula bersifat anti-oksidatif bisa berubah menjadi pro-oksidatif, sebelum akhirnya dinetralisir lagi oleh molekul lain menjadi molekul yang bersifat anti-oksidatif kembali. Enzim utama yang bersifat anti-oksidatif yang adadalam tubuh ialah superoksid dismutase, glutationperoksidase dan katalase. Antioksidan ini dikenal sebagai antioksidan primer, karena berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas. Kofaktor yang bersifat anti-oksidatif - ada yang bisa larut dalam air, seperti vitamin C, sistein, dan sebagainya - ada pula yang bisa larut dalam lemak, seperti vitamin E, beta karoten, Co-Q10, flavonoid, dan lain-lain. Kofaktor antioksidatif ini disebut sebagai antioksidan sekunder, karena berfungsi menangkap radikal bebas oksigen yang sudah ada dan menetralisirnya. Ada pula antioksidan yang disebut sebagai metal binding proteins, seperti albumin, seruloplasmin, ferritin, dan sebagainya.
Memang harus diakui, dalam translational research membuktikan aspek biologi molekuler dari keseimbangan prooksidatif dan anti-oksidatif seperti itu dengan penelitian klinis sangat tidak mudah pelaksanaannya, karena keterbatasan disain, klasifikasi pasien dan kompleksitas variabel-variabel yang ada. Pemberian suplemen antioksidan pada pasien-pasien dengan kelainan kardiovaskuler memang membutuhkan analisis dan pertimbangan yang akurat. Dan pertimbangan yang paling utama adalah menentukan dosis yang tepat yang dibutuhkan oleh pasien. Pemeriksaan kadar antioksidan dan kadar radikal bebas oksigen yang terbentuk dalam darah sebelumnya dalam hal ini perlu dilakukan. Sebab bagaimana pun kita tahu, dari aspek molekuler bahwa suatu vitamin – sebagai kofaktor amat dibutuhkan oleh sel dalam kadar yang pas untuk mengaktifasi enzim sebagai katalisator dalam metabolisme sel yang optimal, disamping harus diingat bahwa kofaktor vitamin tidak hanya bersifat anti-oksidatif, tetapi juga bisa berubah menjadi prooksidatif dalam siklus metabolisme sel itu. Keseimbangan antara karakter anti-oksidatif dan prooksidatif suatu vitamin memang bersifat dinamis. Maka dalam kontroversi pemakaian suplemen antioksidan seperti ini, bagaimanakah sikap kita sebaiknya?Apa yang mesti kita sampaikan kepada pasien-pasien kita mengenai hal ini? Menggunakan suplemen antioksidan tanpa pertimbangan teliti terhadap aspek prooksidatifnya tentu keliru, tetapi menolak pemberian suplemen ini sama sekali, juga bukan tindakan yang bijaksana untuk kemaslahatan pasien.
Ditinjau dari aspek biologi molekuler, proses aterosklerosis koroner diawali oleh fenomena stresoksidatif yang berkepanjangan di dalam sel. Stres oksidatif disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara radikal bebas oksigen sebagai produk antara dalam metabolisme normal sel yang bersifat prooksidatif dengan enzim dan kofaktor yang bersifat anti-oksidatif. Sistem antioksidan tubuh berfungsi melindungi sel-sel jaringan dari efek negatif radikal bebas oksigen itu. Antioksidan bertindak mencegah pembentukan radikal bebas oksigen, atau menangkap radikal bebas oksigen yang sudah ada, menetralisirnya dan mencegah terjadinya reaksi berantai yang bisa merusak membran sel atau pun membran nukleus.Yang menarik, dalam proses reaksi biokimiawi itu, kofaktor vitamin yang semula bersifat anti-oksidatif bisa berubah menjadi pro-oksidatif, sebelum akhirnya dinetralisir lagi oleh molekul lain menjadi molekul yang bersifat anti-oksidatif kembali. Enzim utama yang bersifat anti-oksidatif yang adadalam tubuh ialah superoksid dismutase, glutationperoksidase dan katalase. Antioksidan ini dikenal sebagai antioksidan primer, karena berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas. Kofaktor yang bersifat anti-oksidatif - ada yang bisa larut dalam air, seperti vitamin C, sistein, dan sebagainya - ada pula yang bisa larut dalam lemak, seperti vitamin E, beta karoten, Co-Q10, flavonoid, dan lain-lain. Kofaktor antioksidatif ini disebut sebagai antioksidan sekunder, karena berfungsi menangkap radikal bebas oksigen yang sudah ada dan menetralisirnya. Ada pula antioksidan yang disebut sebagai metal binding proteins, seperti albumin, seruloplasmin, ferritin, dan sebagainya.
Memang harus diakui, dalam translational research membuktikan aspek biologi molekuler dari keseimbangan prooksidatif dan anti-oksidatif seperti itu dengan penelitian klinis sangat tidak mudah pelaksanaannya, karena keterbatasan disain, klasifikasi pasien dan kompleksitas variabel-variabel yang ada. Pemberian suplemen antioksidan pada pasien-pasien dengan kelainan kardiovaskuler memang membutuhkan analisis dan pertimbangan yang akurat. Dan pertimbangan yang paling utama adalah menentukan dosis yang tepat yang dibutuhkan oleh pasien. Pemeriksaan kadar antioksidan dan kadar radikal bebas oksigen yang terbentuk dalam darah sebelumnya dalam hal ini perlu dilakukan. Sebab bagaimana pun kita tahu, dari aspek molekuler bahwa suatu vitamin – sebagai kofaktor amat dibutuhkan oleh sel dalam kadar yang pas untuk mengaktifasi enzim sebagai katalisator dalam metabolisme sel yang optimal, disamping harus diingat bahwa kofaktor vitamin tidak hanya bersifat anti-oksidatif, tetapi juga bisa berubah menjadi prooksidatif dalam siklus metabolisme sel itu. Keseimbangan antara karakter anti-oksidatif dan prooksidatif suatu vitamin memang bersifat dinamis. Maka dalam kontroversi pemakaian suplemen antioksidan seperti ini, bagaimanakah sikap kita sebaiknya?Apa yang mesti kita sampaikan kepada pasien-pasien kita mengenai hal ini? Menggunakan suplemen antioksidan tanpa pertimbangan teliti terhadap aspek prooksidatifnya tentu keliru, tetapi menolak pemberian suplemen ini sama sekali, juga bukan tindakan yang bijaksana untuk kemaslahatan pasien.
Daftar Pustaka
Omenn GS, Goodman GE, Thornquist MD, Balmes J, CullenMR, Glass A, Keogh JP, Meyskens FL, Valanis B, Williams JH,Barnhart S, Hammar S. Effects of a combination of beta caroteneand vitamin A on lung cancer and cardiovascular disease. N EnglJ Med. 1996;334(18):1150-1155.
Rapola JM, Virtamo J, Ripatti S, Huttunen JK, Albanes D,Taylor PR, Heinonen OP. Randomised trial of alpha-tocopherol and beta-carotene supplements on incidence of major coronary events in men with previous myocardial infarction. Lancet.1997;349(9067):1715-1720.
The effect of vitamin E and beta carotene on the incidence of lung cancer and other cancers in male smokers. The Alpha-Tocopherol, Beta Carotene Cancer Prevention Study Group.N Engl J Med. 1994;330(15):1029-1035.
Devaraj S, Tang R, Adams-Huet B, Harris A, Seenivasan T, de Lemos JA, Jialal I. Effect of high-dose alpha-tocopherol supple-mentation on biomarkers of oxidative stress and inflammation and carotid atherosclerosis in patients with coronary artery disease. Am J Clin Nutr. 2007;86(5):1392-1398.
0 komentar:
Posting Komentar